Sabtu, 16 April 2011

Sajak-Sajak Bagas Jiddan


Bagas Jiddan

Lahir di Sumenep, 10 Desember 1993. Bergiat di komunitas sastra Rumah Sastra Bersama (RSB) dan penggagas Gubuk Sastra Kita (GSK) di sekolahnya: MA Tahfidh Annuqayah (MATA), Guluk-guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Karya-karyanya, terutama puisi di muat di media-media lokal, seperti: Iltizam, Kejora, Hijrah dsb. Beralamat: PP. Annuqayah Latee, Rayon Al-Bukhari No. 03, Jl. Makam Pahlawan, Guluk-guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur 69463. Phone. (0328) 821366, Faks. (0328) 821155. E-mail: bagasjiddan@yahoo.com


Sajak-Sajak Bagas Jiddan

Ada Bukit Di Kuncup Pusarmu


Bukan lagi waktu senikmat madu

Tak lagi bukit rocing manggumam rindu

Tapi jam dada menderit haru

Setiap alur menetapak lembah jejak bukit peniggalan nenekmu yang

Menjelajah gagah kepunggung wanita dengan seteguk susu


Sebelum wanita itu terbitkan bocah tunggal

sibocah berbisik pada rahim semayam

Serupa sisi tahap anyirnya yang ia lahap,


Pada senja, bocah itu bertanya pada tuhan

"tuhan siapa yang akan mengabaku di alam selanjutnya?"


Tuhan menjawab dengan adatnya

" yaitu setangkai wanita yang hadir dan ghaib menyimpan sorga"


(Sungguh aku tak jemu atanya dzikirdzikir dusun wanita itu

Li_ummi

Hubbi

Abadan)

Selamat datang katulistiwa tenggara jemari lebahku

Dan tak pikun salamku untuk wanita pengaba

Karena ia tak sepada dengan apa yang kulogamkan


;Serasa tak jauh lagi tentang alamalam indah

Serta konon karunkarun yang tak tepi

Lakih, perut kakimu yang bubut sorgasorga

Meski kau gumar serupa apa

Tapi ia tetap mengaki.

Maka birakan aku selinapkan tentang tekuk lutut

Dengan selembar daun pada musim kemarau


Guluk-Guluk, 13/05/2010.



Malam Kaum Khaldi


Baringan tubuh tubuh itu serupa pindang pindang yang tertawar alur suara orang

Kadang kau sulam dengan guliran salur kencingmu yang pacung


Kertas kertas berharga kau lempar kemuanya, selagi urat uratmu terkuras


Terkadang saat yang kosong

Kau lambaikan ekormu ikuti arus angin berlalu lalang


Seiring lantunan ruang berlampu

Di sisi lain serupa kunang kunang yang sinari para penghuni liang


Kenapa kau tak sadar kalau sinar itu akan redup dan mati

Itu adalah rumah hunimu nanti prem…


Guluk guluk, 02032010

1 komentar:

  1. bagaimana kabar para penyair annuqayah?masihkah mereka ingat pada ajian?

    BalasHapus