MOH. MAHFUDZ AF
Lahir di Duko, Rubaru 07 Februari 1993. Tepatnya Jl:K. Ach Zaini sebelah utara Masjid Nurul Huda, Duko, Rubaru, Sumenep. Saat ini nyantri di PPA Daerah Latee, Al-Bukhari No. 21. Karya-karyanya mungkin hanya kebetulan dimuat di Radar Madura, Buletin Sidogiri, Hijrah, Iltizam, Dan Al-Ikhwan Banyuanyar. Juara harapan 1 lomba cipta puisi (PP. Agung Damar) 2010, juara 3 lomba cipta puisi (Olimpiade MA1 Annuqayah) 2010, dan puisinya menjadi nominasi FTD (Forum Tinta Dakwah )FLP Riau 2010. Aktif di Rumah Sastra Bersama (RSB) dan Teater KOTEMANG (MA1 Annuqayah). “ mungkin lahirnya puisiku hanya mengenang kenangan yang kujadikan rindu dalam hati, seperti ucapanku pada A’yat SG Khalili dan Rusydi Zamzami yang telah menjadikanku rindu akan puisi, semangatku tumbuh untuk selalu maju bersama Rumah Sastra Bersama. Emailku: lakastah.melepasmu@gmail.com.
Sajak-Sajak Moh. Mahfudz Af
Lima Sajak Catatan Kamar No. 21
“orgel yang patah”
Ku baca hari pualam di rambutmu
Segala peristiwa terekam semua pada rindu
Tapi aku meyakini musim kita akan kembali
Meski bulan hilan dalam angan
“kemala yang gelisah”
Hujan adalah rindu diantara cahaya dan gelap
Melewati jalan terakhir yang panjang
Bayang-bayang kita pun terhenti pada pohon mati
Yang kau tanam dalam hati
“hikayah yang hilang”
Sayap peri mengapak gugur bunga terjatuh
Sambil berjalan kebukit mimpi-mimpi
Mengukir bocah yang selalu jemu dangan cinta
Hilang dalam kata-kata
“keranda yang kosong”
Angin membekas diantara daun-daun siwalan
Entah malam yang menggigil atau siang yang mendidih
Kita lebih memilih diam dan tawakal
Dalam renah angin penyesalan
“air mata yang jatuh”
Musim kembali berulang
Tapi matahari nyala di perempatan jalan
Kita lebih senang memandikan cahaya
Yang membeku pada jiwa-jiwa
Amin…
2010.
Menuju Stasiun
—latee
Aku mengapung menujumu
Tampa mengunyah nafas sebisik embun
Konon,di tempatmu gubuk-gubuk berbaris seperti kata
Setelah sampai
Aku akan menyulam mimpi masa lalu
Dan kenangan yang berubah jadi perasaan
Juga gubukmu akan kusuarakan di langit sunyi
Di situ beribu bunga akan tumbuhmelambai
Jadi kata-kata
Di tampat itu
Lumpur-lumpur jadi kota
Sungai-sungai jadi rahasia
Detak jam jadi catatan
Apa ini tempatmu?
Latee…kau masih tak tampak buram di mata jalan
Seperti stasiun kereta sepi penuh antrian
2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar