Sabtu, 16 April 2011

Sajak-Sajak Moh. Mahfudz Af


MOH. MAHFUDZ AF

Lahir di Duko, Rubaru 07 Februari 1993. Tepatnya Jl:K. Ach Zaini sebelah utara Masjid Nurul Huda, Duko, Rubaru, Sumenep. Saat ini nyantri di PPA Daerah Latee, Al-Bukhari No. 21. Karya-karyanya mungkin hanya kebetulan dimuat di Radar Madura, Buletin Sidogiri, Hijrah, Iltizam, Dan Al-Ikhwan Banyuanyar. Juara harapan 1 lomba cipta puisi (PP. Agung Damar) 2010, juara 3 lomba cipta puisi (Olimpiade MA1 Annuqayah) 2010, dan puisinya menjadi nominasi FTD (Forum Tinta Dakwah )FLP Riau 2010. Aktif di Rumah Sastra Bersama (RSB) dan Teater KOTEMANG (MA1 Annuqayah). “ mungkin lahirnya puisiku hanya mengenang kenangan yang kujadikan rindu dalam hati, seperti ucapanku pada A’yat SG Khalili dan Rusydi Zamzami yang telah menjadikanku rindu akan puisi, semangatku tumbuh untuk selalu maju bersama Rumah Sastra Bersama. Emailku: lakastah.melepasmu@gmail.com.


Sajak-Sajak Moh. Mahfudz Af

Lima Sajak Catatan Kamar No. 21


“orgel yang patah”

Ku baca hari pualam di rambutmu

Segala peristiwa terekam semua pada rindu

Tapi aku meyakini musim kita akan kembali

Meski bulan hilan dalam angan


kemala yang gelisah”

Hujan adalah rindu diantara cahaya dan gelap

Melewati jalan terakhir yang panjang

Bayang-bayang kita pun terhenti pada pohon mati

Yang kau tanam dalam hati


“hikayah yang hilang”

Sayap peri mengapak gugur bunga terjatuh

Sambil berjalan kebukit mimpi-mimpi

Mengukir bocah yang selalu jemu dangan cinta

Hilang dalam kata-kata


“keranda yang kosong”

Angin membekas diantara daun-daun siwalan

Entah malam yang menggigil atau siang yang mendidih

Kita lebih memilih diam dan tawakal

Dalam renah angin penyesalan


“air mata yang jatuh”

Musim kembali berulang

Tapi matahari nyala di perempatan jalan

Kita lebih senang memandikan cahaya

Yang membeku pada jiwa-jiwa

Amin…


2010.


Menuju Stasiun

—latee


Aku mengapung menujumu

Tampa mengunyah nafas sebisik embun

Konon,di tempatmu gubuk-gubuk berbaris seperti kata

Setelah sampai

Aku akan menyulam mimpi masa lalu

Dan kenangan yang berubah jadi perasaan

Juga gubukmu akan kusuarakan di langit sunyi

Di situ beribu bunga akan tumbuhmelambai

Jadi kata-kata

Di tampat itu

Lumpur-lumpur jadi kota

Sungai-sungai jadi rahasia

Detak jam jadi catatan

Apa ini tempatmu?

Latee…kau masih tak tampak buram di mata jalan

Seperti stasiun kereta sepi penuh antrian


2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar